Sabtu, 19 November 2016

Pembelajaran Agama Katolik Dengan Metode Bercerita



Pembelajaran Agama Yang Berkualitas dan  Unggul Lewat Buku Cerita Santo-Santa
Menjadi seorang guru di lembaga pendidikan,  tentu harus selalu mengevaluasi atau mengukur kadar atau kualitas pelayanan kepada para siswa. Guru memiliki peran yang sangat menentukan kesuksesan siswa bila seorang guru mampu menciptakan model pembelajaran yang menggairahkan. Guru agama secara khusus dalam hal ini lebih dari sekedar pemberi ilmu pengetahuan. Guru adalah rekan belajar, model, pembimbing, fasilitator, bahkan penentu kesuksesan siswa. Banyak model pembelajaran yang dapat ditawarkan kepada siswa, namun metode pembelajaran agama dengan model bercerita sangat memungkinkan digandrungi oleh para siswa. Sebelum lebih jauh berbicara mengenai metode pembelajaran agama dengan model bercerita baiklah mengamati illustrasi dibawah ini.
Seorang remaja atau siswa cenderung mengidolakan tokoh atau sosok tertentu. Misalnya seorang anak yang mengidolakan pemain bola tersohor seperti Cristiano Ronaldo akan mencoba meniru gaya rambut, gaya berjalan, dan gaya berpakaian seorang Ronaldo. Singkatnya, keteladanan seorang Ronaldo akan merangsang anak untuk mengikuti gaya hidupnya. Verba movent exempla trahunt (kata-kata menarik, keteladanan menggerakkan).
Illustrasi diatas mencerminkan bagaimana keteladanan sangat berpengaruh terhadap perubahan karakter atau hidup seorang remaja/siswa. Pembelajaran Agama Katolik dewasa ini tampaknya cukup menarik bila menampilkan kekayaan cerita-cerita orang kudus dalam Gereja Katolik. Cerita santo tersohor seperti St Fransiskus, St Theresia Avilla, St Agustinus, St Tarsisius dan keteladanan santo lainnya akan merangsang setiap siswa untuk meneladani iman dan cara hidup mereka.
Daya Tarik  Buku Cerita Santo-Santa
q Cerita mempunyai daya pikat yang luar biasa, cerita dapat mengubah perilaku seorang anak. Cerita Malingkundang dapat merubah anak agar lebih hormat kepada orangtua.
q Mengapa televisi bisa membuat orang terpengaruh? Hal ini karena cerita cukup mampu menyentuh sisi emosional atau perasaan pembacanya. Pembaca cerita dapat dibawa kesituasi dan kondisi dari cerita tersebut
          Seorang santo tentu memiliki riwayat hidup dan pengalaman kekayaan rohani. Kekayaan rohani ini, terutama perjumpaan dengan Allah dapat dipaparkan kepada para siswa sehingga siswa yang masih dalam tahap mengidolakan tersebut tertarik untuk meneladaninya. Gereja Katolik memiliki segudang cerita santo-santa dalam perjalanan sejarah gereja, dengan memperkenalkan sedikit banyak tokoh-tokoh tersebut memungkinkan perubahan dalam gaya hidup siswa tersebut.
Siswa pada umumnya tertarik mendengar cerita, gampang dirangsang oleh cerita, dan senang untuk bercerita. Hal ini adalah salah satu kesempatan untuk mengajarkan cara-cara beriman katolik dengan memperkenalkan cerita santo-santa tersebut. Setiap anak secara bergantian menceritakan seorang santo yang diidolakannya dan dibagikan kepada teman-temannya.
Pembelajaran agama dengan model bercerita akan jauh lebih berkualitas dan unggul bila sang guru menampilkan model bercerita tersebut. Cerita pada umumnya dapat dicerna dengan mudah dan siswa dapat dengan mudah mengingatnya serta membagikannya kepada orang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar