Pembelajaran Agama Yang Berkualitas dan Unggul Lewat Buku Cerita Santo-Santa
Menjadi seorang guru di
lembaga pendidikan, tentu harus selalu mengevaluasi atau mengukur kadar atau kualitas
pelayanan kepada para siswa. Guru
memiliki peran yang sangat menentukan kesuksesan siswa bila seorang guru mampu menciptakan model pembelajaran yang
menggairahkan. Guru
agama secara khusus dalam hal ini lebih dari sekedar pemberi ilmu
pengetahuan. Guru adalah rekan belajar, model, pembimbing, fasilitator, bahkan
penentu kesuksesan
siswa. Banyak model pembelajaran yang
dapat ditawarkan kepada siswa, namun metode pembelajaran agama dengan model
bercerita sangat memungkinkan digandrungi oleh para siswa. Sebelum lebih jauh
berbicara mengenai metode pembelajaran agama dengan model bercerita baiklah
mengamati illustrasi dibawah ini.
Seorang remaja atau siswa cenderung
mengidolakan tokoh atau sosok tertentu. Misalnya seorang anak yang mengidolakan
pemain bola tersohor seperti Cristiano Ronaldo akan mencoba meniru gaya rambut,
gaya berjalan, dan gaya berpakaian seorang Ronaldo. Singkatnya, keteladanan
seorang Ronaldo akan merangsang anak untuk mengikuti gaya hidupnya. Verba
movent exempla trahunt (kata-kata menarik, keteladanan menggerakkan).
Illustrasi diatas mencerminkan
bagaimana keteladanan sangat berpengaruh terhadap perubahan karakter atau hidup
seorang remaja/siswa. Pembelajaran Agama Katolik dewasa ini tampaknya cukup
menarik bila menampilkan kekayaan cerita-cerita orang kudus dalam Gereja
Katolik. Cerita santo tersohor seperti St Fransiskus, St Theresia Avilla, St
Agustinus, St Tarsisius dan keteladanan santo lainnya akan merangsang setiap
siswa untuk meneladani iman dan cara hidup mereka.
Daya Tarik Buku Cerita
Santo-Santa
q Cerita mempunyai daya pikat yang luar
biasa, cerita dapat mengubah perilaku seorang anak. Cerita Malingkundang dapat
merubah anak agar lebih hormat kepada orangtua.
q
Mengapa
televisi bisa membuat orang terpengaruh? Hal ini karena cerita cukup mampu
menyentuh sisi emosional atau perasaan pembacanya. Pembaca cerita dapat dibawa
kesituasi dan kondisi dari cerita tersebut
Seorang
santo tentu memiliki riwayat hidup dan pengalaman kekayaan rohani. Kekayaan
rohani ini, terutama perjumpaan dengan Allah dapat dipaparkan kepada para siswa
sehingga siswa yang masih dalam tahap mengidolakan tersebut tertarik untuk
meneladaninya. Gereja Katolik memiliki segudang cerita santo-santa dalam
perjalanan sejarah gereja, dengan memperkenalkan sedikit banyak tokoh-tokoh
tersebut memungkinkan perubahan dalam gaya hidup siswa tersebut.
Siswa pada umumnya tertarik
mendengar cerita, gampang dirangsang oleh cerita, dan senang untuk bercerita.
Hal ini adalah salah satu kesempatan untuk mengajarkan cara-cara beriman
katolik dengan memperkenalkan cerita santo-santa tersebut. Setiap anak secara
bergantian menceritakan seorang santo yang diidolakannya dan dibagikan kepada
teman-temannya.
Pembelajaran agama dengan model
bercerita akan jauh lebih berkualitas dan unggul bila sang guru menampilkan model
bercerita tersebut. Cerita pada umumnya dapat dicerna dengan mudah dan siswa
dapat dengan mudah mengingatnya serta membagikannya kepada orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar